(Experience)
Saat itu saya dan ipar-ku sedang berdiri didepan teras rumah-ku. Tiba-tiba kudengar suara Istri-ku, berteriak, "Mana Nasywa?"
"Ya Tuhan, mana Nasywa?" pikirku. Teriakan itu mempertanyakan hilangnya anak perempuan pertama-ku yang berumur dua setengah tahun itu menggetarkan sekujur tubuhku.
Di-sekeliling rumah kami ada selokan air yang agak dalam. Salah satu sisi selokan ada disamping rumah-ku. Kami biasa membiarkan anak-anak bermain disisi samping rumah-ku, sementara kami ngobrol di bagian halaman rumah-ku.
Pada siang hari yang mengagetkan itu, ketika Istri-ku berteriak, rupanya Nasywa berjalan di dekat pinggiran selokan dan tergelincir masuk ke bagian yang lebih dalam. Hanya sekejab saja kami tidak memperhatikannya, tahu-tahu ia sudah terperosok. Dengan segera aku sudah melihatnya. Aku membungkuk untuk menjangkaunya.
Aku menarik Nasywa ke atas. Anakku itu terangkat dari dalam selokan sambil meronta dan berteriak, menangis ketakutan. Ia menjerit-jerit minta dikeluarkan dan dijauhi dari selokan itu. Rasa bersalahku menyebabkan aku ingin mengikuti permintaannya, namun naluriku sebagai ayah mendesak agar aku tetap berada di dekat selokan itu bersama Nasywa. Nasywa memang agak gemetar sementara aku berbicara kepadanya untuk menenangkan. Kukatakan bahwa terjatuh seperti tadi menimbulkan rasa takut dan kita harus berhati-hati karenanya. Aku memeluk Nasywa erat-erat, dan kami melangkah pelan-pelan menjauhi selokan itu tadi pergi ke halaman depan rumah. Beberapa menit kemudian Setelah Nasywa dibersihkan; Nasywa mengatakan bahwa ia sudah tidak takut lagi. Ia pun kembali bermain-main di halaman depan rumah sambil sesekali berlari ke sisi rumah kami.
Aku lumayan merasa bersalah dan menyesali diri karena tidak secara terus menerus memperhatikan Nasywa dan aku merasa tidak merupakan ayah yang baik. "Ayah yang baik tidak menyebabkan anaknya nyaris celaka yang fatal," kataku dalam hati. Saat aku sedang menyesali diri, Septi, Istri-ku lewat dan berkata, "Kamu Bapak yang hebat dan aku kagum terhadap cara kamu menangani kejadian tadi. Tadinya aku khawatir Nasywa akan jadi takut untuk bermain-main disisi rumah lagi".
Hari itu Septi melakukan dua penyelamatan. Ia menyelamatkan anak kami ketika ia meneriakkan "Mana Nasywa?" dan ia juga menyelamatkan diriku, sebagai Ayah. Dengan komentarnya yang membesarkan hati, ia telah mengalihkan perasaanku, dari penyesalan diri ke rasa bangga.
Ajaib-apa yang bisa terjadi jika kita melihat diri kita lewat mata orang lain.
Hikmah yang dapat diambil dari kejadian ini adalah "Penghargaan paling membekas adalah yang diberikan kepada kita oleh Keluarga kita sendiri"
Cetak Artikel ini
4 komentar:
mmm..ceritanya hampir sama dengan cerita di chicken soup. eniwei, leps dari itu, saya salut dengan kepedulian mas sebagai orang tua.
met wiken
@Ivana: Thanks fr ur comment.. wah.. mbak Ivana udh minded banget dgn ACCSFTS.. boleh tuh sharing koleksinya..
Menyentuh sekali ni Mas Herdin...salam hangat untuk Mba' Septi dan cup chayank untuk dd' Nasywa mmmuaaaach..
@fakhrun; makasi... salam hangat juga untuk seluruh keluarga di Doha...
Post a Comment