Source from : A Cup of Chicken Soup for The Soul
Dahulu kala ada seorang raja yang pada suatu ketika meletakan sebongkah batu besar di jalan raya. Kemudian ia bersembunyi untuk melihat apakah ada orang yang menggeser batu besar yang merintangi keleluasan lalulintas itu. Beberapa saudagar terkaya dan bangsawan kerajaan itu, ketika berhadapan dengan batu besar itu lantas membelokan langkah, mengitarinya agar bisa lewat. Banyak yang dengan lantang mengecam raja karena tidak memperhatikan keberesan kondisi jalan; tetapi tak seorang pun berbuat sesuatu untuk menyingkirkan batu besar itu.
Kemudian lewatlah seorang petani, membawa sayur-sayuran. Ketika langkahnya terhambat sesampai di perintang jalan itu, ia meletakan bebannya lalu berusaha menggeser batu besar itu ke pinggir jalan. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil.
Ketika petani itu hendak mengangkat kembali sayur-sayuran bawaannya tadi, dilihatnya ada sebuah bungkusan tergeletak di tengah jalan di tempat batu besar tadi berada. Bungkusan itu berisi uang emas yang tidak sedikit jumlahnya serta sepucuk surat dari raja yang menyatakan bahwa uang emas itu diperuntukan bagi orang yang menyingkirkan batu besar itu dari tengah jalan.
Pada akhirnya sang petani itu menjadi seorang yang kaya dan berkecupukan karena telah mendapatkan uang emas yang dijadikan modal untuk suatu usaha.
Hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari cerita diatas adalah bahwa kita jangan jadi pengecut dan hanya bisa mengecam jika menghadapi rintangan. Karena setiap rintangan merupakan peluang untuk memperbaiki keadaaan.
Cetak Artikel ini
3 komentar:
Orang taunya mang ngomong doank!
Bisanya mengecam kalau ada kesalahan orang tanpa bisa bertindak atau melakukan perubahan!
Cape deehhh
Chicken Soup selalu menjadi bacaan yang mengesankan. Btw saya lagi cari-cari Chicken Soup for The Surviving Soul (untuk penderita kanker) yang edisi Bahasa Indonesia di Surabaya belum ketemu. Herdin bisa bantu?
nice story... waktu kul dulu gw suka baca tuh berbagai macam buku ttg chicken soup
Post a Comment