Source from : Jeff Yalden
(Translated)
Ketika berumur lima tahun, Glenn Cunningham mengalami luka bakar yang parah dibagian tungkainya. Para dokter yang merawat terpaksa angkat tangan, menurut mereka, Glenn akan tetap cacat dan terpaksa menggunakan kursi roda seumur hidup. "Ia takkan bisa berjalan lagi," kata mereka.
Para dokter itu memang memeriksa keadaan tungkainya, namun tidak mungkin mereka bisa melihat ke dalam lubuk hatinya. Glen tidak memperdulikan kata-kata mereka. Ia bertekad, pasti akan bisa berjalan lagi. Sementara masih terkapar di tempat tidur, dengan kakinya yang kurus nampak merah bekas luka bakar, ia berikrar, "Minggu depan, aku akan bangun dari tempat tidur. Aku akan berjalan." Dan itu benar-benar dilakukannya.
Ibunya bercerita betapa ia sering menyingkapkan dan memandang ke luar, memperhatikan Glenn meraihkan tangan ke atas untuk menggenggam gagang sebuah alat pembajak tanah yang sudah tidak dipakai lagi. Di pekarangan, dengan kedua tangannya menggenggam gagang bajak, ia mulai melatih kakinya yang cacat. Dan dengan setiap langkah yang menyakitkan, semakin dekat pula dia ke tujuan yang telah di ikrarkannya, yaitu bisa berjalan lagi. Tidak lama kemudian ia sudah mulai berlari-lari dengan lambat, makin lama makin cepat dengan gerak semakin pasti.
"Aku sejak awal sudah yakin akan bisa berjalan lagi, dan ternyata memang bisa. Sekarang aku akan berlari cepat dari siapa pun juga." Dan itupun berhasil dilakukan olehnya.
Ia menjadi pelari yang tangguh untuk jarak satu mil, dan pada tahun 1936 mencatat prestasi 4:06 menit yang merupakan rekor dunia untuk waktu itu. Ia menerima penghormatan sebagai atlet luar biasa abad ini di Madison Square Garden.
Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah "Kita mungkin akan kecewa jika percobaan kita gagal, tetapi kita pasti takkan berhasil jika tidak mencoba."
Cetak Artikel ini
0 komentar:
Post a Comment